Di bawah pohon yang dipenuhi oleh butiran-butiran air hujan, seorang anak perempuan sedang berdiri dengan keadaan basah. Sore itu cuaca sedang hujan, Ary baru saja pulang dari lesnya.
Ary, nama panggilan dari anak perempuan itu. Sebenarnya dia bernama Aryani Stevany. Ary sekarang duduk di kelas tiga SMP. Keluarga Ary cukup sederhana. Ary memiliki satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Dia sangat akrab dengan kakak lelakinya dibandingkan dengan kakak perempuannya. Ary sangat sayang dengan Elfiz, kakak lelakinya itu.
Di sore itu, Ary ternyata sedang menunggu jemputan Elfiz. Baru kali ini Elfiz agak lama menjeput adiknya yang begitu manja dengannya. Beberapa menit kemudian, Elfiz pun sampai di hadapan Ary dengan keadaan kuyup dan kedinginan. Elfiz melihat wajah adiknya itu seperti jeruk purut. Tapi, Elfiz berusaha merayu adiknya untuk segera naik ke atas motornya dan bergegas pulang.
Sesampai di rumah, wajah Ary kembali tersenyum dibuat Elfiz. Beberapa menit kemudian, Elfiz pergi lagi. Ary menanyanya kemana. Namun Elfiz tidak menjawabnya. Ary pun tidak mempermasalahkannya. Ary langsung menuju kamarnya, dia langsung mengambil diary merahnya dan pulpen. Ary memilih untuk duduk di dekat jendela di kamarnya, mengisi diary dan sambil memandang tetesan hujan. Setelah selesai mengisi diary, dia pun tertidur dengan perasaan yang mengganjil di hatinya.
Di sebuah taman yang kecil, Ary asyik bermain dengan Elfiz, mereka tertawa, bersnda gurau, bernyayi bersama. Namun, seseorang yang tidak dikenal Ary menghampiri Elfiz dan membawa Elfiz dengan jauh. Ary menangis dan menjerit-menjerit memamggil Elfiz. Dan akhirnya, Ary terbangun dari mimpinya sambil meneteskan air mata. Ternyata Ary hanya bermimpi, namun perasaannya tidak enak. Dia pun melanjutkan tidurnya lagi.
Tepat pukul 22.00 WIB, kakak perempuannya membangunkan Ary sambil menangis. Ary sangat bingung. Alice, kakak perempuannya mengatakan bahwa Elfiz kecelakaan dan sedang dirawat darurat di rumah sakit. Papa dan Mamanya sudah berada di sana dengan keadaan bercucur air mata. Ary pun langsung terduduk dan menangis. Ternyata, perasaan tidak enak itu menandakan sesuatu terjadi dengan Elfiz. Sampai tepat pukul 03.00 dini hari. Sebuah kabar sampai ke telinga Ary. Kabar itu disampaikan oleh dokter yang menangani Elfiz. Dan ternyata, nyawa Elfiz tidak dapat diselamatkan lagi.
Ary sangat terpukul dengan berita itu, hati Ary sekarang bagaikan bakaran kertas yang hanyut dibawa air. Sampai seminggu kejadian itu, Ary masih dalam keadaan berduka dan tidak semangat. Tidak ada lagi seorang kakak lelakinya yang memanjakannya.
Berbulan-bulan waktu pun berjalan. Sekarang Ary duduk di kelas satu SMA. Ary bersekolah di SMA favorit di kota itu. Pertama masuk sekolah itu, Ary sudah mengalami kecelakaan kecil. Ketika dia baru saja dari toilet, dia bertabrakan dengan seorang kakak kelasnya. Kejadian ini tidak ada yang salah, dia pun meminta maaf kepada kakak kelasnya itu. Sejak kejadian itu, di pikiran Ary selalu tertulis nama Vano Elfandry. Vano anak kelas XI IPA 2.
Hari begabti hari dilewati Ary tanpa Elfiz. Di suatu malam, HP Ary mengeluarkan nyanyian dari Lyla “Detik Terakhir”. Ternyata, hanya satu nomor panggilan tak terjawab. Beberapa menit kemudian, satu SMS masuk dengan nomor tidak dikenal. Ternyata yang mengirim pesan itu adalah Vano. Kakak kelasnya itu. Mereka pun kenalan. Ary pun tertidur dengan wajah tersenyum, karena baru saja kenalan dengan kakak kelasya itu yang selama ini berada di pikiran Ary.
Di pagi hari, kelas Ary asyik dengan kegiatan rutin yaitu sedang mengerjakan PR. Anak-anak di kelas Ary mengartikan PR itu adalah Pagi Repot. “Udah siap PR bio mu, Ry ?” tanya Lala. “Udah dong, napa, belum siap yah ?” balas Ary. “Iyah ni, contek dong !” pinta Lala. “Hahahaha..PR itu dikerjakan di rumah, Non.” ejek Ary. “Udah..jangan bacrit, mintalah.” jawab Lala. Ary pun menyerahkan PRnya kepada Lala.
Di pagi itu Ary selalu senyum memikirkan yang terjadi tadi malam. Pada saat jam istirahat, ketika Ary sedang dalam perjalanan ke kantin, Vano menghampirinya. Hati Ary langsung berdetak kencang seperti sedang lari yng panjang lintasannya 50 KM. Kalau ada kertas dan pulpen saat itu, ary ingin menghitung kecepatan detak jantungnya. Vano menghampiri Cuma mau mengatakan bahwa yang tadi malam itu bukanlah nomor handphone Vano, tapi itu ulah dari teman Vano, Bryan. Ary dan Bryan sering berhubungan di Facebook. Tapi, entah mengapa Bryan melakukan itu terhadap Ary.
Sesampai di rumah, Ary langsung Login ke Facebooknya dan mengirim wall ke profil Bryan. Ary sangat kesal dengan kejadian itu, dia sempat bersenang hati kalau yang mengirim SMS itu adalah Vano. Namun. Hal itu salah.
Beberapa minggu kemudian, ketika Ary pulang sekolah, tiba-tiba Vano menghampirinya. Seketika Ary mematung. Vano pun mengeluarkan kata-kata dan tubuh Ary pun bagaikan kapas yang terbang dibawa angina. Tapi seketika juga Vano menyadarkan Ary dari bengongnya. Ary pun langsung kembali ke keadaan normalnya. Ternyata, Vano ingin menanyakan sesuatu ke Ary. Vano ingin meminjam buku pelajaran Kimia. Dan Ary pun langsung mengizinkannya. “terima kasih, Ry !” kata Vano. Kata- kata itu diiringi dengan senyum khas yang dimiliki Vano. Dan kata-kata itu selalu ada dibenak Ary.
Beberapa bulan pun berlalu dan hubungan Vano dan Ary juga semakin dekat. Di suatu malam, ketika Ary sedang duduk mengisi diary merahnya, handphonenya berdering. Ternyata Vano yang menelponnya. “Halo..Malam Ry ! Lagi ngapain ni ?” tanya Vano. “Ekh..Kak Vano ! Lagi duduk-duduk aja ni, Kak !” jawab Ary. Setelah beberapa menit di percakapan, tiba-tiba suasana hening. Vano mengatakan sesuatu yang serius. “Ry,sebenarnya, semenjak aku melihatmu ketika kejadian kecil itu, aku sudah tertarik denganmu, namun aku tidak berani untuk mendekatimu. Sekarang aku mulai mendekatimu karena dibantu oleh Bryan, dialah yang memberikanku semangat untuk mendekatimu. Sekarang, rasa ini semakin mendalam. Dan sekarang waktu yang tepat, aku menyampaikan ini. Ry..aku mau kau jadi seseorang yang melengkapi hatiku. Kamu bersediakan ?” ungkap Vano. “Hmm.. Perasaanku dengan perasaan kakak ternyata sama. Yah..aku siap, Kak !” jawab Ary. Akhirnya, Ary dan vano pun menjalin hubungan.
Ary sangat menyayangi cinta pertamanya itu seperti menyayangi Elfiz. Waktu berjalan pun sangat cepat, hubungan Ary dan Vano pun mencapai dua bulan. “Ary,ada berita yang kubawa nih !” lapor Lala dengan tergesa-gesa. “Apa sih ?” tanya Ary. “Gini,Ry. Kemarin, pas aku pulang sekolah aku melihat Vano dengan cewek lain sedang berduaan dan Vano mengelus-elus rambut cewek itu. Dan terakhir mereka naik motor pergi entah kemana.” kata Lala. Ary pun menangis mendengar cerita itu. Dia tidak menyangka kalau Vano melakukan itu. Lama kelamaan Ary pun mulai menjauhi Vano. Vano pun curga dengan kelakuan Ary. Vano pun menanyakan semua itu kepada Ary. Ary mengatakan semua itu yang terjadi. Vano pun menjelaskan semuanya yang terjadi. Namun, Ary tidak percaya. Hubungan mereka pun hampur putus. Seorang teman Ary memberi usul agar mencelakai Vano. Tapi, seketika otak Ary berputar, dia ingat dengan Elfiz. Elfiz mengalami kecelakaan itu karena ulah pacarnya. Pacar elfiz cemburu akan kedekatan Elfiz dengan adiknya. Sekarang gigliran Ary mengalaminya, Ary cemburu dengan adiknya Vano yang bernama Ika. Namun, Ary tidak mau mencelakai Vano. Dia tidak mau kehilangan sepeti Elfiz. Ary pun minta maaf dengan Vano. Akhirnya, hubungan mereka kembali baik.
Tidak terasa, Vano pun sudah tamat dari SMA itu dan sekarang mau melanjut kuliahnya ke Australia. Dan harus dengan terpaksa melepaskan Ary. Ary pun menahan semua sakit yang dia rasakan. Sudah kehilngan seorang kakak, sekarang krhilangan seorang pacar. Sebelum Vano berangkat Vano meninggalkan selembar kertas beserta dengan buku Kimia yang dulu dia pinjam. Di kertas itu tertulis “Aku Hanya Pergi Tuk Sementara”. Ary pun menangis membaca itu dan Ary tetap menunggu sampai kapan pun itu untuk Vano.
0 komentar:
Posting Komentar